Mengubah Jalan Pikiran
Oleh: Ubay NA *)
(ilustrasi) |
Perubahan Cara Berpikir Membutuhkan Tekad Bulat. Sebuah perenungan untuk meraih sukses dalam kehidupan. Menurut Kamus Merriam-Webster, mental adalah way of thinking, berkenaan dengan pikiran, kejiwaan, atau gangguan saraf, sedangkan menurut Kamus Purwodarminto mental merupakan way of sense, dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mental merupakan cara berpikir dan berperasaan berdasarkan atas nurani yang tercermin pada perilaku seseorang.
Melihat defenisi di atas, perilaku atau apapun yang dilakukan seseorang, apapun tindakan seseorang akan ditentukan dan dipengaruhi oleh cara berpikir (way of thinking) seseorang. Dalam pengembangan sumber daya manusia baik itu melalui institusi pendidikan ketika ingin melakukan perubahan atau pengembangan perilaku manusia langkah pertama yang dilakukan adalah memperbaiki pola atau cara berpikir seseorang, memperbaiki cara berpikir dalam hal ini dimaksudkan sebagai tindakan menggantikan cara berpikir yang lama menjadi cara berpikir yang baru.
Dengan terbentuknya cara berpikir yang baru maka diharapkan akan terjadi juga perubahan terhadap tindakan atau perilaku seseorang karena sesuai seperti di atas, perilaku seseorang itu ditentukan oleh cara berpikirnya. Apa yang dilakukan seseorang tanpa perintah pikiran dapat dikatakan bahwa seseorang itu bertindak atau melakukan sesuatu diluar kesadaran berpikirnya.
Namun, dalam melakukan proses perubahan atau dalam istilah yang lebih halus dikatakan "pergeseran" cara berpikir seseorang bukan pekerjaan yang mudah, misalnya cukup dengan melakukan indoktrinasi atau memberikan suatu materi secara teoretis, karena pada umumnya manusia itu telah memiliki cara berpikir yang mapan dan merasa nyaman dengan cara berpikirnya tersebut, kondisi ini disebut dengan zona nyaman (comfort zone), sudah merupakan suatu kelaziman dan keniscayaan dalam hidup manusia bahwa seseorang itu akan merasa sulit bergeser dari wilayah rasa nyamannya, oleh karena itu dibutuhkan kemauan besar yang benar-benar muncul dari dalam diri seseorang. Kemauan yang muncul dari dalam diri seseorang yang ingin melakukan perubahan cara berpikirnya boleh karena adanya kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri karena alasan tertentu, misalnya menyadari bahwa jika ingin mendapatkan nilai yang bagus harus belajar dengan kerja keras dan konsekuensinya harus membuang keinginan-keinginan bersantai, ataupun kemauan itu muncul dari dalam diri seseorang karena akibat pengalaman traumatis, misalnya karena pernah merasa kesakitan karena kecelakaan mengendarai sepeda motor akhirnya setiap kali mengenderai sepeda motor akan lebih berhati-hati.
Salah satu konsekuensi dari melakukan cara berpikir ini adalah terjadi pengorbanan di dalam diri seseorang, yaitu menahan rasa sakit atau mengekang keinginan-keinginan lama yang muncul kembali sebagai godaan dan penghalang terhadap upaya merubah cara berpikir tersebut oleh karena itu dibutuhkan tekat bulat dan keteguhan hati untuk mengendalikan diri dan tetap konsekuen mempertahankan sikap menerima cara baru dalam berpikir itu.
Pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah faktor-faktor yang membuat seseorang begitu sulit menerima perubahan cara berpikir tersebut sehingga seseorang itu merasa nyaman dengan kondisi tertentu. Jawabannya, tidak lain dan tidak bukan karena pengaruh believe atau keyakinan yang dimiliki seseorang, believe ini adalah suatu keyakinan yang dianggap suatu kebenaran mutlak bagi seseorang sehingga dia akan selalu berusaha mempertahannya.
Believe ini merupakan keyakinan yang diperoleh seseorang dari proses menerima pengetahuan. Pengetahuan dalam hal ini adalah dalam arti yang luas, boleh itu pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan keluarga (ayah, ibu dan keluarga lain), lingkungan pergaulan, media informasi (Koran, televisi, radio, internet dan lain sebagainya), institusi pendidikan dan agama, dan lain sebagainya. Artinya sumber pengetahuan menjadi asupan atau makanan yang masuk dalam pikiran seseorang dan akhirnya menjadi keyakinan yang dianggap benar oleh seseorang.
Sebagai sebuah ilustrasi yang bisa menggambarkan bagaimana kuatnya peranan pengetahuan yang kita terima membentuk cara berpikir kita, ada sebuah cerita tentang "Serigala Berhati Kambing".
Pada suatu sore terjadi suatu gempa di sebuah desa terpencil di ujung pulau, Pohon-pohonan bertumbangan, rumah-rumah penduduk berantakan, ratusan umat manusia meninggal dunia, hamparan sawah berubah menjadi hamparan sungai. Karena bencana tersebut ada seekor anak serigala tersesat masuk ke kandang kambing. Induk kambing yang baru beranak kemudian menganggap serigala itu sebagai anaknya walau wajah dan fisiknya berbeda dengan kambing yang lain. Akhirnya semuanya merasa seakan satu keluarga dan tidak ada perbedaan, yaitu sama-sama kambing.
Karena anak serigala tersebut diasuh dengan baik oleh induk kambing, sama seperti mengasuh anak kandungnya kambing, anak serigala itu akhirnya merasa nyaman dan terbiasa dengan kebiasan kambing, memakan rumput dan melakukan kebiasan kambing lainnya karena memang anak serigala itu juga telah diberikan pengajaran bahwa anak serigala itu sama dengan anak kambing lainnya. Lingkungan hidup kambing itu juga memperlakukan anak serigala itu sebagaimana anak kambing hidup.
Namun, disela-sela perjalanan kehidupannya, ternyata anak serigala ini mengagumi kehebatan serigala yang dianggap hebat dan ditakuti oleh semua binatang, sehingga anak serigala itu akhirnya berkeinginan untuk menjadi seekor serigala, namun ibu kambing yang mengasuhnya selalu menanamkan dan mengajarkan bahwa dia adalah kambing yang lemah dan tidak akan bisa memiliki kehebatan seperti seekor serigala, bahkan seisi lingkungan kehidupan kambing meremehkannya dan meledeknya telah "mimpi di siang bolong".
Suatu hari, tanpa diduga, dan di luar perkiraan para kambing-kambing, segerombolan serigala datang dari hutan rimba menyerang kumpulan kambing tersebut, serigala-serigala buas itu melahap kambing-kambing yang ada kecuali anak serigala yang tersesat itu, tapi walau tidak diganggu gerombolan serigala tersebut, anak serigala yang tersesat itu merasa ketakutan dan minta tolong kepada seekor induk serigala dengan berkata, "Tolong jangan makan aku, aku hanya seekor kambing yang lemah," mendengar itu serigala tua marah dan membentak seiring berkata, "Kau bukan kambing, kau serigala, bagian dari keluarga kami." Akhirnya, anak serigala diseret oleh gerombolan serigala itu ke tepi sungai dan seekor diantaranya berkata, "Coba kau lihat ke sungai, lihat wajahmu baik-baik."
Anak serigala yang tersesat tersebut bercermin ke sungai dan akhirnya tertegun serta heran karena ternyata wajah dan tubuhnya sama persis dengan gerombolan serigala tersebut, dan akhirnya berkata, "Kata ibuku, aku memang mirip dengan serigala tetapi aku adalah seekor kambing". Serigala tua marah dan melolong keras, "Baik, sekarang buka mulutmu dan mulailah melolong," dan anak serigala tersesat itu melakukannya dan akhirnya anak serigala yang tersesat itu percaya.
Melalui ilustrasi cerita itu, dapat kita pahami bahwa begitu besarnya pengaruh asupan atau sumber informasi yang masuk dalam alam pemikiran kita membentuk cara berpikir dan akhirnya mempengaruhi tindakan dan sikap. Padahal keyakinan atau believe yang kita miliki yang mempengaruhi cara berpikir dan tindakan kita ada kalanya tidak sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi yang kita hadapi, disaat menemui kondisi seperti ini maka dibutuhkan suatu kemauan dan kerelaan untuk merubah cara berpikir kita agar bisa menghasilkan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan tuntutan kondisi pekerjaan, pergaulan, atau interaksi sosial, maupun tuntutan aktivitas sehari-hari lainnya.
Jika tidak bisa melakukan tindakan yang sesuai dengan tuntutan kondisi tersebut maka dikhawatirkan seseorang itu akan merasa terasing atau diasingkan, alias gagal dalam kehidupan itu. Intinya, seseorang dituntut untuk mampu melakukan perubahan dalam tindakannya agar sukses dalam hidup, baik itu dalam profesi (karir), dalam interaksi sosial, maupun dalam rumah tangga.
____________________________
*) Penulis adalah mantan mahasiswa, founder Komunitas Annur Bangkalan
loading...
0 Comments